Minggu, 28 Maret 2010

Awas Hepatitis!

Pemeriksaan darah guna mengetahui keberadaan virus hepatitis di hati merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus hepatitis. Sebab infeksi yang bersifat kronik itu kebanyakan tidak bergejala (asimptomatik) sehingga sering tak disadari penderitanya.

"Hanya 30 persen infeksi hepatitis yang terdeteksi dan diobati, 70 persennya tidak terdeteksi karena tidak bergejala," kata Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Departemen Kesehatan Ali Sulaiman.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah tes anti-HCV untuk hepatitis C dan tes HBsAg untuk hepatitis B. Infeksi kronis itu sangat mudah menular dan angka kejadiannya cukup tinggi.

Infeksi virus hepatitis menular melalui kontak luka dengan luka seperti pada penggunaan jarum suntik secara bergantian, tindik, tato, transfusi dan penggunaan alat cukur serta gunting kuku secara bergantian

Menurut data WHO 2000, prevalensi hepatitis B kronik di Indonesia sekitar lima persen dan prevalensi hepatitis C kronik tiga persen. Terdapat sekurangnya 11 juta orang menderita hepatitis kronik B dan sekitar tujuh juta lainnya hidup dengan hepatitis kronik C.

Meski sudah ada vaksin untuk melawan virus hepatitis B dan pemerintah sudah mengadakan program vaksinasi hepatitis B massal namun jumlah penderitanya lebih banyak karena tingkat kesadaran publik belum seperti yang diharapkan.

"Penyakit ini hampir semuanya tidak bergejala. Kesakitan baru muncul sekitar 10 tahun-30 tahun sehingga seseorang seringkali baru mengetahui tubuhnya terinfeksi setelah berada dalam keadaan sirosis lanjut dengan beberapa komplikasi seperti bengkak, muntah darah, penurunan kesadaran,"

Kaltimpost

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host